Deskripsi
dalam Kitab Perjanjian Baru menyebutkan keindahan bunga bakung. Disebutkan, Raja Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga bakung, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal.
Bakung, atau bakung putih, atau disebut juga bakung rawa, seperti dapat dibaca di dalam tulisan S Asikin, di balittra.litbang.pertanian.go.id, adalah tumbuhan liar yang banyak dijumpai tumbuh di tepi-tepi sungai yang rindang di dataran rendah, dan juga di lahan rawa pasang surut. Kecantikan bakung baru terlihat jika berbunga.
Bunganya berbentuk payung, berwarna putih, dengan pangkal mahkota berdekatan membentuk corong. Putiknya panjang, berwarna ungu, dengan kepala sari berwarna jingga. Buahnya kotak, bulat telur.
Kecantikannya jika sedang berbunga membuat bakung belakangan ini ditanam sebagai tanaman hias di berbagai kompleks perumahan baru di kota-kota besar atau di taman-taman kota seperti di Surabaya.
Bakung adalah tumbuhan lunak, berbatang semu, tegak, dengan tinggi kurang lebih 1 meter.
Daunnya tunggal, berbentuk lanset, dengan ujung meruncing, pangkal tumpul.
Bakung, yang memiliki nama ilmiah Crinum asiaticum, Linn., dari keluarga Amaryllidaceae, menurut A Seno Sastroamidjojo dalam bukunya, Obat Asli Indonesia (1967), tumbuh baik di dataran rendah hingga di ketinggian 700 meter di atas permukaan air laut. Tumbuhan ini juga dikenal dengan berbagai nama lokal seperti bawang hutan, bawang brojol, behong, bhakong, dan semur.
Keberadaan Crinum asiaticum, dikutip dari wikipedia.org, tersebar di Tiongkok selatan, Hong Kong, Korea Selatan, India, Jepang, Taiwan, Bangladesh, Kepulauan Maladewa, Sri Lanka, Kepulauan Andaman dan Nicobar, Asia Tenggara, Papua Nugini, Australia, Fiji, New Caledonia, Samoa, Vanuatu. Penyebarannya kemudian meluas ke Meksiko, beberapa wilayah di Amerika Serikat, Mikronesia, Melanesia, Polinesia, dan Madagaskar.
Dalam bahasa Inggris, bakung disebut poison bulb, merujuk pada bagian tanamannya yang beracun jika tertelan, dan juga menyebabkan iritasi pada kulit. Nama lain tumbuhan ini dalam bahasa Inggris adalah giant crinum lily, grand crinum lily, dan spider lily.
Manfaat dan Khasiat Bakung
Bakung mengandung senyawa alkaloida likorin yang berkhasiat obat pada getah umbi lapisnya.
Nellasari, Iwang Soediro, Asep Gana Suganda, dalam penelitian “Pemeriksaan Fitokimia Ekstrak Etanol dari Daun dan Umbi Bakung Putih (Crinum asiaticum Linn.)”, seperti dikutip dari bahan-alam.fa.itb.ac.id, menyebutkan pemeriksaan pendahuluan kandungan kimia ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih (Crinum asiaticum Linn., Amaryllidaeceae) menunjukkan adanya tanin dan alkaloid pada ekstrak daun, sedangkan pada umbi terdapat saponin dan alkaloid.
Dua dari tiga senyawa yang diisolasi dari ekstrak etanol 95 persen umbi adalah senyawa alkaloid. Salah satu dari alkaloid tersebut diidentifikasi sebagai likorin.
Bakung sejak lama memang dimanfaatkan sebagai obat herbal. Asikin, seperti dikutip dari balittra.litbang.pertanian.go.id, menyebutkan bakung berkhasiat sebagai analgesik, antibengkak, ekspektoran.
Seno Sastroamidjojo menyebutkan umbi bakung, baik segar ataupun kering, secara tradisional dimanfaatkan sebagai obat peluruh muntah dan obat luka. Daunnya, dengan cara dilayukan dan dicampur dengan minyak kelapa, dimanfaatkan untuk mengobati tangan atau kaki bengkak. Daunnya yang ditumbuk halus dipakai untuk diurektikum dengan cara dioleskan di bagian atas kandung kencing. Buah dan bijinya dengan dicampur tepung beras, dimanfaatkan sebagai bedak basah.
Ekstrak etanolik daun dan umbi bakung, melalui pengujian yang dilakukan Azrifitria, Syaikhul Aziz, dan Chairul (Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta) juga mempunyai aktivitas antibakteri, terhadap Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis, bakteri patogen yang menyebabkan jerawat.
Selain likorin, kandungan kimia lain, seperti dikemukakan Asikin, adalah krinidina, hemantamina, krinamina. Ekstrak tumbuhan bakung rawa, menurut Asikin, cukup efektif dalam mengendalikan hama ulat grayak dan ulat jengkal dengan mortalitas larva berkisar masing-masing antara 75-85 persen, 70-85 pers
Ulasan
Belum ada ulasan.